Friday 8 June 2012

Andragogi

Andragogi (Andragogy) adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Andragogi terdiri dari strategi belajar yang terfokus pada orang dewasa. Hal ini sering diartikan sebagai proses melibatkan siswa atau pembelajar dewasa dengan struktur belajar pengalaman.  Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles.
Publikasi Malcolm Knowles, lewat bukunya The Adult Leaner adalah model andragogi sebagai teori belajar yang tepat untuk orang dewasa. Empat konsepsi pokok andragogi yang tertuang dalam buku tersebut antara lain :
  1. Perubahan dalam konsep diri (self concept), yaitu seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dari ketergantungan total menuju ke pengarahan diri alias mandiri.
  2. Peranan pengalaman, individu tumbuh matang dan mengumpulkan banyak pengalaman, dalam hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang kaya dan pada waktu yang sama memberikan dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru.
  3. Kesiapan belajar, tiap individu menjadi matang maka belajar kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologiknya, tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan tugas perkembangan untuk peranan sosialnya.
  4. Orientasi belajar, orang dewasa berkecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan problem-problem kehidupan (problem centered orientation).
Langkah-langkah agar menjadi mahasiswa yang berkualitas dapat dilakukan dengan mengetahui informasi lebih awal, adanya kesadaran waktu, pergaulan dan kegiatan (sosialisasi) dan pendewasaan berpikir. Oleh karena itulah setiap kampus perguruan tinggi punya peran masing-masing dalam membentuk mahasiswanya baik melalui kegiatan, pergaulan maupun pembelajaran-pembelajaran yang tidak diperoleh di dalam kelas. Lebih bersifat ke arah pengembangan diri daripada pengembangan akademis.
Sebagai mahasiswa yang diharapkan mampu menjadi generasi penerus pemimpin bangsa, maka dalam setiap aktivitas akademik maupun non akademik tetap mengutamakan rasa tanggung jawab baik belajar dan kreativitasnya.

Sumber :

Proyek Mini

Anggota Kelompok :
* Gustrispa Naomi Sirait ( 11-035 )

Topik : Peran Teknologi sebagai Media Belajar pada Siswa SMA
Judul : Gambaran Peran Smartphone dalam Dunia Belajar Siswa SMA Sutomo I
I. PERENCANAAN
A. Pendahuluan
Sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat berkembang dalam berbagai hal, baik untuk bisnis, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan semakin majunya pengetahuan umat manusia. Menyadari pentingnya hal tersebut, topik yang akan diangkat dalam penelitian kali ini adalah “Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA”.
Adapun topik tersebut dipilih karena peran teknologi tidak terlepas dari dunia pendidikan sekarang ini. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan semakin dimodifikasi berhubungan dengan kemajuan teknologi. Contohnya saja pada tahun 90-an, anak-anak maupun orang dewasa belum semuanya menggunakan telepon genggam. Pada tahun 2000-an telepon genggam sudah mulai banyak dipergunakan secara umum dan telepon genggam itu sendiri juga sudah muncul berbagai jenis. Semakin bertambahnya waktu, telepon genggam juga semakin canggih. Sekarang ini, sudah muncul berbagai jenis telepon genggam seperti smartphone, android, dsb. Hal tersebut juga menyebabkan anak-anak zaman sekarang sudah tidak asing lagi untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Landasan Teori
1. Smartphone
Telepon pintar (smartphone) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, dan kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Secara umum, smartphone adalah sebuah ponsel multifungsi yang menggabungkan beberapa fungsi dari sebuah PDA, seperti personal scheduler, kalender dan phonebook. Sebuah smartphone dilengkapi dengan kemampuannya untuk mengakses internet, cek e-mail, memainkan online game sampai menulis dan mengedit dokumen spreadsheet seperti file Microsoft Word dan Excel layaknya sebuah komputer mini. Oleh karena itu, seperti halnya pada komputer, Anda juga dimungkinkan untuk membuat sebuah aplikasi yang selanjutnya dapat dijalankan pada smartphone.
Berikut adalah ciri-ciri smartphone :
  • Sistem Operasi
    Ini merupakan ciri yang paling utama dari sebuah smartphone.  Ponsel  bisa disebut smartphone kalau didalamnya sudah dibenamkan sebuah sistem operasi. Contoh dari sistem operasi Android, Symbian, Windows Mobile, dll.
  • Perangkat Keras
    Setiap smartphone harus memiliki dukungan perangkat keras yang mampu menjalankan sistem operasi yang telah dibenamkan di dalamnya. Perangkatnya sama dengan sebuah PC hanya saja dalam ukuran yang kecil.
  • Pengolah Pesan
    Satu lagi hal yang didapat dalam smartphone yaitu pengolah pesan yang lebih dari ponsel biasanya. Smartphone memiliki keunggulan dalam mengolah pesan yaitu berupa pesan elekronik (e-mail).
  • Mengakses Internet / Web
    Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah smartphone adalah bisa digunakan mengakses web / internet dan konten yang disajikan di browser-nya, sudah hampir mendekati seperti layaknya kita mengakses web lewat komputer.
  • Aplikasi
    Hal yang membuat menyenangkan adalah smartphone dapat dijejali berbagai aplikasi, selama aplikasi tersebut sesuai dengan sistem operasi yang ada. Biasanya untuk mendapatkan aplikasi, para produsen smartphone telah menyediakan tempat khusus untuk berbelanja aplikasi.
  • Keyboard QWERTY
    Ini adalah yang membuat tampilan smartphone terlihat begitu berbeda, dia memiliki keyboard qwerty. Walau saat ini sudah banyak ponsel biasa yang mengusung keyboard semacam ini. Namun keyboard qwerty pertama kali diadopsi oleh smartphone.
  • Office
    Kelebihan lainya adalah aplikasi pengolah data-data office. Setiap smartphone memiliki kemampuan  semacam ini yang dapat diperoleh dengan menginstal apilkasi office. Aplikasi semacam ini dapat diinstal sendiri ataupun bawaan dari pabrik.
Fungsi-fungsi smartphone meliputi : 
  1. Menggantikan komputer 
    • Viewer 
    • Editing
    • Office 
    •  Email
    • Internet
  2. Menelepon
  3. Mengirim pesan pendek (SMS)
2. Siswa
a. Pendekatan sosial
Siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

b. Pendekatan Psikologis
Siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan.

c. Pendekatan edukatif / paedagogis
Pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa/i kelas SMA 1 dengan jangkauan umur 14-16 tahun dimana siswa/i yang bersangkutan sedang berada pada tahap masa remaja. Peneliti memilih subjek tersebut karena memandang bahwa masa tersebut merupakan masa dimana permulaan menggunakannya smartphone dengan optimal dan untuk anak yang berada di bawah umur tersebut dianggap belum mahir dalam menggunakan smartphone.
Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap berpikir yang dicirikan dengan kemampuan berpikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).
Dibandingkan anak-anak, remaja memiliki kemampuan lebih baik dalam berpikir hipotetis dan logis. Remaja juga lebih mampu memikirkan beberapa hal sekaligus – bukan hanya satu – dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak (Keating, dalam Carlson, dkk.,1999). Menurut Nettle (2001), remaja juga dapat berfikir tentang proses berpikirnya sendiri, serta dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata – sebagaimana hal-hal yang nyata – untuk menyusun hipotesa atau dugaan.
Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk memilih remaja (siswa kelas X Sutomo I) sebagai subjek penelitian.
C. Alat atau Bahan
1.      Kuesioner sebagai alat ukur tes
2.      Printer untuk mencetak kuesioner
3.      Kamera untuk dokumentasi
D. Analisis Data
Kuesioner sebagai alat ukur yang terdiri atas 30 item dibagikan dan diisi oleh dua kelas yang berbeda, yakni kelas X-1 dan X-21. Hasil data yang diambil bertujuan untuk melihat apakah fungsi-fungsi yang terdapat di dalam smartphone berguna bagi kedua kelas tersebut dalam dunia belajar mereka. Maka, kuesioner kemudian dikategorisasikan dalam golongan berperan, netral, dan tidak berperan. Skor tertinggi yang dapat dihasilkan yakni sebesar 30. Kemudian skor dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kuartil atas, median, dan kuartil bawah. Data diolah dengan statistik deskriptif menggunakan tendency central berupa modus. Berikut adalah pembagian interval skor yang merepresentasikan masing-masing kategorisasi :
  1. Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 0 hingga 7,5 (kuartil bawah), maka kesimpulannya adalah smartphone tidak berperan dalam dunia belajar mereka.
  2. Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 7,5 hingga 22,5 (median), maka kesimpulannya smartphone termasuk ke dalam kategorisasi netral dalam dunia belajar mereka.
  3. Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 22,5 hingga 30 (kuartil atas),  maka kesimpulannya adalah smartphone berperan dalam dunia belajar mereka.
E. Objek atau Subjek
Data yang diambil dari sekolah SMA Sutomo 1 Medan dengan subjek penelitian adalah murid SMA 1 Sutomo I. Populasi murid SMA kelas X di sekolah Sutomo 1 berjumlah sekitar  1056 orang, dan melihat keterbatasan waktu penelitian, sampel yang dipilih berjumlah 40 orang yang diambil dari dua kelas dan dianggap mewakili populasi, yakni dari kelas X-1 dan X-21.
F. Jadwal Pelaksanaan 
  • 26 April 2012   : Penentuan topik dan judul 
  • 28 April 2012   : Menentukan asumsi teori yang dipilih
  • 30 April 2012   : Menyusun pendahuluan dan landasan teori 
  • 1 Mei 2012       : Menyusun kuesioner serta alat dan bahan 
  • 2 Mei 2012       : Menanyakan ketersediaan SMA Sutomo I untuk diteliti 
  • 3 Mei 2012       : Meminta surat izin fakultas 
  • 7 Mei 2012     : Mendapat izin dari SMA Sutomo 1 dan menentukan hari yang dipilih untuk melakukan penelitian 
  • 14 Mei 2012    : Melakukan penelitian ke SMA Sutomo I dengan menyerahkan 40 kuesioner kepada kepala SMA Sutomo I untuk diisi oleh siswa 
  • 18 Mei 2012     : Mengambil kuesioner yang telah diisi , memberikan reward, dan dokumentasi 
  • 27 Mei 2012     : Menganalisis data
G. Kalkulasi Biaya
1.      Biaya print kuesioner        : Rp     800,-
2.      Biaya fotokopi kuesioner  : Rp 24.000,-
3.      Biaya transportasi             : Rp 20.000,-
4.      Biaya reward                    : Rp 17.000,-    +
Total biaya                        : Rp 61.800,- 
II. PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan penelitian ini, kelompok berkumpul di lokasi tujuan penelitian, yaitu sekolah SMA SUTOMO I,  Jl. Letkol Martinus Lubis No.7 Medan, yang berlangsung pada 14 Mei 2012, pukul 09.00 WIB. Sebelum memasuki gerbang sekolah, kelompok memeriksa terlebih dahulu barang-barang yang telah dipersiapkan untuk melakukan penelitian, berupa kuesioner, reward dan kamera. Setelah semuanya lengkap, kelompok memasuki gerbang sekolah dan meminta izin masuk dari satpam untuk bertemu kepala sekolah. Sesampainya di kantor kepala sekolah, kelompok menjelaskan mengenai tujuan penelitian dengan detail kepada kepala sekolah.
Berhubung karena peraturan SMA SUTOMO I tidak mengizinkan tamu untuk berkunjung ke kelas-kelas, maka kepala sekolah kemudian menyuruh salah satu pegawai untuk membantu kelompok dalam membagikan kuesioner. Kelompok kemudian menjelaskan cara pengisian kuesioner secara detail kepada pegawai tersebut. Berhubung pengisian kuesioner tidak dapat langsung diisi pada saat itu karena dianggap dapat mengganggu proses belajar, maka kepala sekolah SMA SUTOMO 1 Medan meminta kelompok untuk kembali lagi pada tanggal 18 Mei 2012 untuk mengambil kuesioner, membagikan reward dan dokumentasi dengan beberapa responden. Pada tanggal 27 Mei 2012, kelompok baru menganalisis data karena seluruh anggota kelompok baru dapat berkumpul dan mengerjakannya bersama-sama.
III. PELAPORAN DAN EVALUASI
A. Laporan
Dari data yang diperoleh dari 40 sampel , didapatkan :
  • 16 siswa/i menyatakan bahwa smartphone turut berperan (berguna) dalam dunia belajar mereka. 
  • 24 siswa/i menyatakan bahwa smartphone bersifat netral dalam dunia belajar mereka. 
  • Tidak ada satu orang pun yang menyatakan bahwa smartphone tidak berperan dalam dunia belajar mereka.
Dari data-data yang diperoleh tersebut,dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar sampel (26 murid SMA kelas X Sutomo I) menyatakan bahwa smartphone bersifat netral dalam dunia belajar mereka.
Sifat netral disini dapat diartikan bahwa subjek merasa smartphone bermanfaat dalam dunia belajar mereka, seperti fungsi smartphone yang telah disebutkan pada landasan teori, yakni smartphone mempermudah subjek dalam mencari informasi-informasi dan juga pengetahuan-pengetahuan baru yang up-to-date, smartphone menyediakan aplikasi notes yang dapat berguna sebagai reminder mereka, aplikasi kamus yang dapat digunakan kapan saja, dan subjek juga bisa menggunakan aplikasi pengolah data office yang terdapat di dalam smartphone untuk menulis atau mengedit tugas mereka.
Namun, disamping manfaat-manfaat positif yang telah disebutkan, smartphone juga memiliki dampak negatif dalam dunia belajar subjek. Contohnya seperti, subjek tidak jarang menggunakan smartphone untuk hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran ketika kelas sedang berlangsung. Hampir setengah dari jumlah subjek yang ada juga mengaku sering mendengarkan lagu ketika kelas sedang berlangsung. Dan lebih dari setengah subjek yang ada menyatakan bahwa apabila ketika mereka tidak bersama smartphone, mereka merasa kesulitan dan tidak dapat belajar dengan baik. Akibatnya, subjek menjadi sangat bergantung kepada smartphone. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan modus yang didapatkan dari data-data tersebut.

Poster

 
B. Evaluasi
Awalnya kelompok merencanakan akan memulai pengerjaan proyek mini ini sebelum UTS. Namun, berhubung banyaknya tugas dan persiapan UTS, kelompok menunda pengerjaan proyek mini terus-menerus. Lalu, sehari setelah UTS, kelompok segera berdiskusi untuk menentukan topik dan judul proyek mini agar tidak semakin terbengkalai lagi. Biaya yang diprediksi awalnya adalah sekitar Rp 50.000,- ternyata setelah pelaksanaannya, biaya mencapai Rp 61.800,-. Secara garis besar, pengerjaan proyek mini ini berjalan dengan lancar meskipun menemui banyak kendala.

Testimoni Kelompok :
Waktu yang diberikan untuk pengerjaan proyek mini ini sebenarnya sudah lebih dari cukup. Namun, kesalahan kelompok adalah menunda pengerjaan terus menerus sehingga terburu-buru dalam mengerjakan proyek mini ini. Semua kendala yang kelompok hadapi memberi pelajaran kepada kelompok agar tidak menunda pekerjaan lagi. Dengan adanya proyek mini ini, kelompok pun mendapat pengalaman yang berharga dan berguna ke depannya.

* Gustrispa Naomi Sirait (11-035)
Mengambil peran sebagai anggota kelompok dalam menjalankan suatu survey ini langsung ke lapangan adalah kali pertama saya lakukan. Saya sangat tertarik dengan segala pengerjaan proyek mini ini. Sebenarnya untuk menyelesaikan proyek ini tidak mudah, dibutuhkan kesungguhan dan kekompakan kelompok dalam setiap detail dan pengerjaannya. Berhubung anggota kelompok saya sangat bisa diandalkan, saya tidak merasa terbebani dengan proyek ini. Belum lagi begitu banyak manfaat yang saya dapatkan dari pengerjaan proyek mini. 

*Fera ( 11-037 )
Ini merupakan pertama kalinya saya melakukan survey secara langsung. Saya belajar banyak hal selama pengerjaan proyek mini ini, misalnya mulai dari bagaimana kerjasama kelompok untuk menentukan perencanaan, prosedur melakukan survey ke tempat lain, bagaimana membuat suatu kuesioner, dan semacamnya. Saya yakin proyek mini ini akan sangat bermanfaat bagi saya dan teman – teman lainnya sebagai bekal apabila ingin melakukan penelitian kelak.

*Chindy ( 11-097 )
Membuat survey ( yang merupakan pertama kalinya bagi saya ) sangatlah tidak mudah, mulai dari perencanaan, pembuatan kuesioner hingga analisis data. Tetapi dengan dilakukannya survey secara langsung ini, menambah wawasan saya dalam melakukan survey dan di sisi lain mengakrabkan kelompok karena sering berdiskusi dan bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Walaupun untuk mendapat hasil akhir tidaklah mudah.

*Fonds Novel ( 11-105 )
Membuat suatu penelitian itu tidaklah segampang yang dibayangkan. Sangat diperlukan usaha yang maksimal dalam menyelesaikan penelitian tersebut. Namun, hal ini telah menjadi pengalaman yang sangat berharga dan sesuatu yang menyenangkan bagi saya. Dari yang pada awalnya tidak mengerti apa-apa, hingga sekarang akhirnya mampu menyelesaikannya. 

Dokumentasi dengan beberapa murid (partisipan) :


Referensi :

Wednesday 6 June 2012

Survey Pendidikan

Sehubungan dengan tugas survey online yang diberikan oleh dosen mata kuliah psikologi pendidikan, saya akan ‘memposting, hasil dan penjelasan dari survey tersebut. Survey ini saya lakukan dengan subyek maksimal 50 orang dan pertanyaan sebanyak 5 butir yang dijawab atau diisi oleh teman-teman seangkatan saya. Dari pertanyaan pertama, Nampak bahwa banyak mahasiswa yang sama sekali belum pernah mendengar ujian online sebelumnya. Hal ini mungkin akan membuat banyak mahasiswa terkejut dengan cara ujian baru ini. Dari soal kedua, mayoritas orang memilih jaaban netral. Yang saya lihat disini ialah sebenarnya mereka sedikit tertarik, namun masih bimbang dengan system ini. Dari soal ketiga, netral dengan sangat setuju berbeda tipis. Dimana pertanyaannya adalah kepraktisan dan kehematan dalam penggunaan kertas. Dari soal keempat, mahasiswa menunjukkan bahwa mereka memiliki sarana yang memadai untuk melakukan ujian secara online. Dari soal kelima, tampak jelas bahwa sebagian besar mahasiswa psikologi angkatan 2011 lebih menyukai ujian yang konvensional, yaitu ujian menggunakan kertas maupun lisan dibandingkan dengan ujian online. Testimonial: Sangat menyenangkan. Survey ini pastinya akan sangat membantu dalam kehidupan saya sebagai mahasiswi psikologi yang sering kali menggunakan survey untuk melihat fenomena-fenomena di masyarakat. Namun kelemahannya adalah tidak banyak yang mau mengisi data maupun jawabannya, harus dipaksa atau dibujuk dulu.

Friday 1 June 2012

Pedagogi

Pedagogi adalah istilah yang merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Yang juga berarti suatu usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain menjadi dewasa atau tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi. Pedagogi itu dipandang sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami proses tersebut mendapat perubahan. Tingkah laku seseorang adalah setiap respons yang dapat dilihat atau diperlihatkan oleh orang lain. Disamping itu pedagogi juga merupakan suatu ilmu, sehingga orang menyebutnya ilmu pedagogi. Ilmu pedagogi adalah ilmu yang membicarakan masalah atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik, pendidik dan sebagainya. Pedagogi termasuk ilmu yang sifatnya teoritis dan praktis. Oleh karena itu pedagogi banyak berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu sosial, ilmu psikologi, psikologi belajar, metodologi pengajaran, sosiologi, filsafat dan lainya.

Friday 11 May 2012

Blended Learning Menurut Thorne (2003), blended learning adalah perpaduan dari: teknologi multimedia, CD ROM video streaming, kelas virtual, voicemail, email dan telefon conference, animasi teks online dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan satu-satu. Blended learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi juga gaya si pembelajar. Sebenarnya istilah ini digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Ditinjau dari segi bahasa blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Dan sekarang, blended menjadi kian populer, karena semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning). Pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik. Dalam kegiatan blended learning ini, pelatihan oleh Instruktur peran instruktur/fasilitator sangat penting dalam membangun pengetahuan para peserta pelatihan. Interaksi yang dibangun oleh instruktur dan peserta menjadi hubungan antar manusia. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki instruktur dapat dilakukan di ruang kelas, misalnya instruktur dapat menjelaskan sambil bercerita lucu dan menarik sehingga tidak membosankan. Mereka dapat menarik antusias untuk belajar lebih lanjut berdasarkan pengalaman belajar yang diangun dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliknya. Mereka dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan serta mengkondisikan kelas berdasarkan keadaan. Kelebihan blended learning: 1. "Students not only learned more when online sessions were added to traditional courses, but student interaction and satisfaction improved as well." DeLacey and Leonard, Harvard Business School, 2002. (para murid tidak hanya belajar dari online, tetapi juga interaksi sesama) 2. "Providing several linked options for learners, in addition to classroom training, increased what they learned." Peter Dean (this is quoted everywhere but I haven't found the study although, experientially this is the case.) (memberikan berbagai pilihan terhadap pelajar tentang apasaja yang dapat dipelajari) 3. Speedier performance was detected on real world tasks by those who learned through blended strategies as opposed to those that learned via e-learning along. Thomson & NETg, 2003. 4. "Adults don't just "learn" in one way. Likewise, associations should not make the mistake of providing just one way for adult learners to receive their educational content." by Judith Smith Kekurangan blended learning : • Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung. • Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online. • Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi • Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet Testimoni: Blended learning hanya dapat dilakukan secara maksimal jika segala hal yang dibutuhkan seperti: wifi/modem, laptop/notebook lengkap dengan charger dan stop kontak memadai, dan yang paling penting adalah instruktur yang mau membimbing dan mengarahkan anak didiknya.

Sunday 8 April 2012

Psikologi Sekolah

Kedudukan Psikologi Sekolah dalam Ilmu Psikologi Psikologi Sekolah adalah salah satu dari beberapa bidang psikologi pendidikan sehingga kedudukannya sangatlah penting. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak. Perbedaan Psikologi Sekolah dan Psikologi Pendidikan Psikologi Pendidikan adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan pada sistem atau metode pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan adalah memberikan pengetahuan riset yang dapat secara efektif diaplikasikan untuk situasi mengajar, mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, dan pengelolaan organisasi sekolah. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik , sosialisasi, dan emosi. Psikologi sekolah juga bertujuan untuk membentuk mind set anak. Maka perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi sekolah dapat dilihat dari ruang lingkupnya. Psikologi pendidikan bergerak dalam bidang yang luas, sedangkan psikologi sekolah hanya bergeak dalam ruang lingkup sekolah. Psikologi pendidikan berhubungan dengan cara pengajaran, sedangkan psikologi pendidikan berhubungan dengan anak didik di sebuah sekolah, contohnya seperti memberikan nasehat mengenai masalah yang ada di dalam sekolah, pembinaan murid dan guru, pengembangan kognitif, kreatif, etik, dan juga pengembangan kemampuan siswa dalam ruang lingkup sekolah. Fungsi Sekolah sebagai Agen Perubahan Sebagai lembaga pendidikan, sekolah diharapkan mnejadi sarana dimana terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang berperilaku buruk menjadi lebih baik. Tentu saja hal ini hanya dapat terjadi apabila semua bagian-bagian dari perubahan tersebut saling mendukung prosesnya. Maksudnya adalah jika di sekolah dasar, anak – anak telah diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, namun di rumah seorang murid tempat sampah hanya tersedia di tempat yang sulit dijangkau oleh seorang anak berumur tujuh tahun, sehingga anak tersebut malas untuk melaksanakan perbuatan yang baik tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika dirumah seorang anak diajarkan untuk selalu menyapa guru – guru disekolah, namun para guru disekolah cenderung mengacuhkan anak murid tersebut, maka usaha orangtua untuk memperbaiki sikap anaknya tersebut akan sia – sia. Jika seluruh komponen dalam dinamika tersebut telah bekerjasama untuk mendukung proses tersebut, maka sangat besar kemungkinan perubahan menuju arah yang lebih baik akan terjadi. Metode yang Dapat Digunakan dalam Sistem Pengajaran di Sekolah Metode belajar – mengajar dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau menanamkan pengetahuan kepada subjek didik, murid, atau anak melalui sebuah kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah, rumah, kampus, pondok, dll. Metode yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain berbentuk ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan metode demonstrasi (praktek). Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seseorang guru terhadap kelasnya. Guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan. Metode ceramah adalah metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru dalam dunia pendidikan Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya. Metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan- kekurangan pada metode ceramah, apabila suatu penjelasan guru yang belum dimengerti, maka siswa / anak didik dapat langsung menanyakan pada guru. Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada murid untuk maju ke depan kelas untuk medemonstrasikan apa yang diajarkan guru. Dalam pendidikan agama sering digunakan metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya. Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada murid untuk maju ke depan kelas untuk medemonstrasikan apa yang diajarkan guru. Dalam pendidikan agama sering digunakan metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya. Permasalahan – permasalahan yang Terjadi di Sekolah dan Solusi Pemecahan Masalah Sekolah adalah lingkungan yang sangat kompleks, tempat yang memungkinkan bertemunya berbagai macam orang berbeda. Segala perbedaan tersebut memberi peluang untuk terjadinya permasalahan dan konflik jika tidak disikapi dengan benar. Berikut ini akan dipaparkan beberapa permasalahan dan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Perilaku Menyimpang Contoh kasus: seorang murid yang tidak bisa duduk tenang di bangku atau bergoyang-goyang saat presentasi di depan kelas Hal ini disebabkan oleh rasa nervous yang berlebihan dan dapat diatasi dengan bantuan pengajar yang menenangkan murid tersebut dengan mengalihkan perhatian murid bermasalah tersebut dari kegugupannya dengan melontarkan lelucon ataupun menyemangatinya. Perilaku Bermasalah Contoh kasus: murid yang malu bertanya Hal ini biasanya terjadi karena beberapa hal seperti: tidak biasa untuk bertanya, takut pertanyaaannya terdengar konyol, tidak suka menjadi pusat perhatian. Solusi untuk hal ini mungkin adalah dengan menunjuk pasti anak tersebut dan memintanya untuk bertanya tentang hal yang ia ingin ketahui. Penyesuaian Diri yang Salah Contoh kasus: murid yang menyontek pekerjaan temannya Hal ini seharusnya dapat diselesaikan dengan memberikan peringatan maupun hukuman yang membuat dia mengerti bahwa tindakan yang dia lakukan tersebut salah dan tidak hanya merugikan teman yang dia contek tetapi juga merugikan dirinya sendiri. Terdapat beberapa kasus lainnya seperti bullying/penindasan yang sering dilakukan oleh senior terhadap junior. Kasus inilah yang paling sering terjadi sekarang dan harus ditindak dengan benar. Salah satu cara untuk menghentikan penindasan ini adalah memperketat peraturan sekolah tentang isu tersebut, contoh: memberikan sangsi untuk anak yang terlibat penindasan. Beberapa cara lain juga dapat dilakukan seperti melakukan sosialisasi bagi tiap murid untuk menyadari diri mereka sendiri, memperkuat pelajaran agama, karena agama adalah cara yang paling efektif untuk menahan diri seseorang dari perbuatan yang salah. Cara lain tersebut juga dapat dilakukan untuk masalah-masalah lainnya. Namun, komunikasi efektif antara orangtua dan para pendidik di sekolah akan sangat membantu untuk mencegah berbagai permasalahan yang mungkin terjadi. Fungsi dan Peran Psikolog Sekolah dan Perlunya Psikolog Sekolah Dalam pelaksanannya, psikolog sekolah berhadapan langsung dengan murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas, guru secara perorangan, kelompok guru , tenaga administrasi. Psikolog sekolah sangat berperan penting dalam pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik di sekolah: Pelaksanaan tes  Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa  Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya  Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa Psikolog sekolah bekerja dengan masing-masing siswa dan kelompok siswa untuk mengatasi masalah perilaku, kesulitan akademis, cacat dan isu-isu lainnya. Mereka juga bekerja dengan guru dan orang tua untuk mengembangkan teknik untuk menangani dengan rumah dan perilaku kelas. Tugas lainnya termasuk siswa pelatihan, orangtua dan guru tentang bagaimana mengelola situasi krisis dan masalah penyimpangan. Psikolog Sekolah juga bertindak sebagai pendidik oleh orang lain dalam membantu memahami lebih lanjut tentang perkembangan anak, masalah perilaku dan teknik perilaku manajemen. Hal – Hal yang Diberikan dalam Kaitanya dalam Layanan Psikolog Sekolah Berikut layanan yang diberikan oleh seoran psikolog sekolah : Membantu pihak sekolah, khususnya guru, dalam menangani siswa sekolah yang mengalami masalah psikologis. Membantu orangtua menangani masalah yang ada pada anak mereka yang bersekolah di sekolah. Membantu siswa baik secara individual maupun kelompok untuk menangani masalah yang mereka hadapi di sekolah dan rumah. Memberikan pengarahan dan pelatihan secara berkala untuk para guru berkaitan dengan perkembangan anak dan permasalahan psikologis lainnya. Memberikan seminar / workshop / sharing session pada orangtua secara berkala. Membantu pihak sekolah dalam proses seleksi siswa baru. Membantu pihak sekolah dalam proses rekrutmen dan seleksi guru. Penanganan masalah pada siswa yang dilakukan di sekolah meliputi: observasi ; evaluasi / tes psikologis; wawancara dengan siswa & orangtua ; memberikan konseling baik bagi siswa maupun orangtua ; bekerja sama dengan guru dalam menangani siswa ; dan memberi rujukan. Perbedaan antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan, dan Guru BK Seorang psikolog pendidikan berkaitan dengan membantu anak – anak atau remaja yang mengalami masalah dalam pengaturan pendidikan dengan tujuan meningkatkan proses belajar mereka. Tantangan dapatmencakup masalah – masalah sosial ,emosional, atau kesulitan belajar. Pekerjaan dalam lingkup individual atau kelompok, menasehati guru, orangtua, pekerjasosial, dan profesional lainnya. Kinerja melibatkan penilaian dari pengamatan anak menggunakan wawancara dan bahan uji. Mereka menawarkan berbagai intervensi yang tepat seperti belajar program dan kerja kolaboratif dengan guru atau orangtua. Psikolog pendidikan juga memberikan pelatihan in-service untuk guru dan profesional lain pada isu – isu seperti perilaku dan manajemen stres. Pekerjaan juga melibatkan penelitian dan memberikan nasehat mengenai ketentuan dan kebijakan pendidikan. Seorang psikolog sekolah adalah jenis psikolog yang bekerja dalam sistem pendidikan untuk membantu anak – anak dengan masalah emosional, sosial, dan akademik. Tujuan dari psikolog sekolah adalah untuk berkolaborasi dengan orangtua , guru, dan siswa untuk mempromosikan lingkungan belajar yang sehat yang berfokus pada kebutuhan anak-anak. Menurut National Association of Sekolah Psikologi (NASP), terdapat 5 ( lima ) wilayah utama dimana psikolog sekolah menyediakan jasa: 1. Konsultasi 2. Evaluasi 3. Intervensi 4. Pencegahan 5. Penelitian dan Perencanaan Bimbingan konseling menempati bidang pembimbingan siswa dalam keseluruhan, proses dan kegiatan pendidikan. Pemberian bimbingan konseling kepada siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri secara optimal. Bimbingan konseling dapat berfungsi pengembangan artinya, bimbingan yang diberikan dapat membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara lebih terarah dan mantap. Tugas Guru BK/Konselor Menurut PP No. 74 Tahun 2008 : Guru bimbingan konseling / konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam pelaksanaan pembimbingan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan konseling / konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam: Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami serta menilai bakat dan minat. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan, dan bermartabat. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah / madrasah secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pembimbingan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir. Sumber : http://www.scribd.com/doc/51709600/172/Psikologi-sekolah http://kafeilmu.com/2012/02/beberapa-metode-belajar-mengajar.html http://www.prospects.ac.uk/educational_psychologist_job_description.htm http://psychology.about.com/od/psychologycareerprofiles/p/schoopsych.htm http://adikirma.com/tentang_adik_irma_layanan_psikologi.php http://www.psychologymania.com/2011/09/peran-psikolog-dalam-dunia-pendidikan.html http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/perbandingan-psikolog-pendidikan-dengan-guru-bpbk/

Friday 6 April 2012

Pentingnya Pendidikan Anak Pra-sekolah

Sulistia Putri (11-017) Novika Susi Lestari (11-025) Gustrispa Naomi (11-035) Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah  Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Pendidikan usia Pra Sekolah –atau biasa disebut pendidikan anak usia dini- tenyata memberikan dampak positif untuk perkembangan seorang anak yang meliputi aspek sosial, emosi, kognitif dan fisik anak. Berikut uraiannya: 1.      Perkembangan Sosial Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat. Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat. Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda. b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti. c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial: a. Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun. b. Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara. c. Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama. d. Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e. Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri. f. Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan. 2.      Perkembangan Emosional Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya. Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun. Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah : a) Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.(Ananda 2010). 3.      Perkembangan Kognitif 1.        Pada umur ini, anak-anak biasanya sudah pintar dalam merangkai kata-kata untuk dapat mengemukakan pendapatnya ataupun hanya berbicara karena dia menginginkannya. Dianjurkan bagi para orangtua ataupun pengasuh anak untuk mendengarakan dan mencoba untuk mengerti apa saja yang ingin dia tanyakan di publik. 2.        Integrasi, minat , kasih sayang, dan juga kesempatan merupakan interaksi yang harus sering dilakukan oleh institunsi agar dapat mengembangkan kompetensi anak. Interaksi yang dimaksud adalah kegiatan secara langsung yang divariasikan secara baik dan benar. 3.        Mendorong anak untuk mulai mengembangkan soft-skills tersebut dan juga mendorong anak yang manja ataupun suka bergantung pada orang lain untuk dapat memahami apa itu kemandirian 4.        Anak pada usia ini telah dapat berpikir secara logis, kritis, dan kreatif mengenai lingkungan alam, sosial, memberi alasan, banyak berperan dalam kehidupan sosialnya dan mampu menghargai keragaman sosial budaya. 4.      Perkembangan Fisik Perkembangan fisik bertujuan agar anak mampu mengontrol gerakan kasar secara sadar dan untuk keseimbangan, mengontrol gerakan halus. Proses perkembangan fisik merupakan proses pematangan yang terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya terjadi sebelum mencapai level lainnya. Sebagai contoh, kebanyakan bayi belajar merangkak sebelum mereka belajar berjalan. Namun, juga penting untuk menyadari bahwa tingkatan puncak dari perkembangan fisik ini perkembangannya dapat bervariasi. Beberapa anak belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang sama usia, sementara yang lain mungkin diperlukan waktu sedikit lebih lama. Sebagai seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Masa di mana keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua maupun pengasuh yang sering khawatir apakah anak-anak mereka mengembangkan keterampilan-keterampilannya pada level normal. Ada dua jenis keterampilan motorik: Bruto (atau besar) keterampilan motorik melibatkan otot-otot yang lebih besar seperti lengan dan kaki. Tindakan yang membutuhkan keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, keseimbangan dan koordinasi.  Fine (atau kecil) keterampilan motorik melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya. Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan. Dengan demikian pendidikan anak pada usia dini sangat penting sebagai penunjang untuk tumbuh kembang fisik serta motorisnya yang lebih baik untuk perkembangan fisiknya dimasa-masa berikutnya. Perkembangan Fisik Anak Usia Dini | belajarpsikologi.comhttp://pgtk--darunnajah.blogspot.com/2011/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-usia.html